Pemikiran Islam Ke Barat
masnasih.com - Kemajuan suatu peradaban dalam sejarah umat manusia tidak mungkin terwujud apabila peradaban tersebut menutup diri dan tidak mau berinteraksi dengan peradaban yang lain. Hadirnya Islam sebagai sebuah peradaban yang unggul pada masa jayanya, juga diyakini merupakan buah dari keterbukaan Islam untuk menerima berbagai peradaban lain yang ada di luar Islam dan kemudian menyelaraskan diri dengan ajaran Islam.

Perkembangan Pemikiran Islam Ke Barat

Kemajuan Islam sebagai sebuah peradaban telah diwarnai oleh dinamika pemikiran yang sangat dinamis yang tumbuh dan berkembang menyertai kehadiran Islam. Pemikiran Islam sendiri sangatlah plural dengan disiplin keilmuan yang sangat beragam. Semuanya mendapatkan tempat yang mulia dan strategis dalam Islam yang memperkaya khazanah keislaman.

Proses kemunculan pemikiran yang sangat plural dalam khazanah intelektual Islam ini dapat ditelusuri pada epistemologi yang dipergunakan oleh para intelektual muslim. Bidang epistemologi ini menempati posisi yang sangat strategis, karena ia membicarakan tentang cara untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.

Mengetahui cara yang benar dalam mendapatkan ilmu pengetahuan berkaitan erat dengan hasil yang ingin dicapai yaitu berupa ilmu pengetahuan. Kepiawaian dalam menentukan suatu epistemologi, akan sangat berpengaruh pada warna atau jenis ilmu pengetahuan yang dihasilkan.

Proses pembentukan pemikiran itu umumnya diawali dengan peristiwa-peristiwa, misalnya ada persentuhan pendapat, agama, kebudayaan atau peradaban antara satu dengan yang lainnya. Persentuhan tersebut kadangkala menimbulkan ketidaksesuaian, benturan, tapi juga sering terjadi kecocokan. Yang jelas, proses perkembangan pemikiran muslim, terdapat dalam tiga fase dan erat kaitannya dengan sejarah Islam. Fase-fase tersebut yaitu:

Pertama, pemikiran / persoalan pertama muncul dalam Islam pada saat wafatnya Nabi Muhammad Saw adalah pemikiran politik brekaitan dengan siapa bakal pengganti Nabi? Pasca Rasulullah Saw, mulailah periode al-Khulafaul-Rasyidun mengalami fase baru. Pada periode ini muncul persoalan, baru yang diselesaikan dengan pemikiran/ ijtihad.

Kedua, akibat ekspansi Islam ke Barat sampai Pantai Atlantik (Afrika Utara bagian Barat, Andalusia, dan Perancis) ke selatan sampai ke Wilad al-Sudan (wilayah sub-Sahara yang penduduknya berkulit hitam), Ethiopia, dan seterusnya. 

Ke arah timur sampai India dan seterusnya, dan ke utara sampai ke Rusia (Transoxiana). Ekspansi yang dilakukan oleh Islam, ternyata tidak hanya berdampak pada penyebaran ajaran saja, tetapi juga semakin memperkaya khazanah kebudayaan Islam. Hal ini dikarenakan akulturasi budaya Arab-Islam dengan budaya-budaya lokal daerah yang ditaklukan.

Salah satu budaya atau tradisi yang pada akhirnya banyak terserap dan teradopsi oleh Islam adalah tradisi Yunani dengan Hellenistiknya yang bersifat spekulatif. Perembesan budaya ini, di samping karena interaksi kaum muslim dengan orang-orang yang mempelajari tradisi spekulatif Yunani juga karena penerjemahan secara besar-besaran khazanah intelektual Yunani ke dalam bahasa Arab pada masa Abbasiah.

Ketiga, akibat adanya perubahan masyarakat, dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, dari pandangan cakrawala berpikir yang regional menjadi yang lebih luas lagi. Kehidupan pribadi makin lama semakin kompleks dan menimbulkan masalah-masalah baru yang memerlukan pemecahan.

Ketiga faktor di atas memberikan pengaruh yang kuat bagi pertumbuhan dan perkembangan pemikiran dalam Islam, di samping tentu saja banyaknya sugesti berupa ayat-ayat yang menganjurkan tentang pengembangan kemampuan berpikir. Ada banyak ayat dalam al-Qur'an yang baik secara langsung maupun tidak, mendesak manusia untuk berpikir, merenung atau bernalar.

Periodisasi pemikiran ekonomi islam

Fase pertama 751 M – 1058 M

Periode pertama ini merupakan periode dari abad ke-5 hingga abad ke-11 masehi. Periode ini juga di kenal sebagai periode starting point bagi periode-periode selanjutnya,Periode ini banyak sarjana muslim yang pernah hidup bersama para sahabat Rosulullah dan para tabi’in sehingga memperoleh referensi ajaran Islam yang akurat diantaranya:

Abu Hanifa

Diantara pemikiranya yaitu mengenai salam,murabahah, muzara’ah, dll.

Abu Yusuf

Diantara pemikiranya yaitu mengenai keuangan publik, pajak, dan cateris paribus.

Al Shaybani

Diantara pemikiranya yaitu mengenai pendapatan,membagi usaha-usaha perekonomian(sewa-menyewa, perdagangan, pertanian, perindustrian) dll.[3]

Yahya Bin umar

Pemikiran terfokus pada hukum-hukum pasar yang terefleksikan dalam pembahasan at-tas’ir (penetapan harga)

Fase kedua 1058 M – 1446 M

Fase ini dimulai pada abad ke-11 sampai ke-15 M. Fese kedua ini disebut sebagai fase cemerlang dikarenakan peninggalan warisan intelektual yang sangat kaya. Para cendekia di masa ini mampu menyusun suatu konsep tentang bagaimana kegiatan ekonomi yang seharusnya berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadith.

Pemikiran tentang ekonomi pada masa ini diawali oleh Al-Ghozali. Tokoh-tokoh pemikir Ekonomi Islam dalam fase ini antara lain sebagai berikut:

Al-Ghozali

Mayoritas pembahasan al-ghozali mengenai berbagai permasalahan ekonomi terdapat dalam kitab ihya’ ulumudin diantaranya megenai pertukaran suka rela dan evolusi pasar, aktivitas produksi, barter dan evolusi uang, serta peran Negara dan keuangan publik.

Ibnu Taimiyyah

Ibnu Taimiyah membahas masalah perekonomian ditinjau dari segi sosial maupum hukum fiqh. Beliau telah membahas pentingnya persaingan dalam pasar bebas, peranan market supervisor dan lingkup dari negara.

Dalam transaksi ia juga menyaratkan kesepakatan antara semua pihak,kesepakatann ini harus berdasarkan informasai yang akurat dan memadai. Hal ini ditujukan agar transaksi menjadi lebih bermakna. Moralitas yang diperintahkan agama diharuskan tanpa adanya paksaan sedikitpun.

Sehingga dengan demikian syari’at bisa berjalan sesuai dengan maksud dan tujuannya. Negara harus mempraktekkan aturan perekonomian yang Islami hingga para pelaku ekonomi melakukan transaksi-transaksi mereka dengan jujur dan ridho satu sama lain.Negara juga harus mengawasi pasar dari tindakan-tindakan merugikan yang memanfaatkan kelemahan pasar.

Ibnu khaldun

Ibnu Khaldun menekankan sistem pasar yang bebas, ia bahkan menentang intervensi negara terhadap masalah ekonomi dan percaya akan sistem pasar yang bebas. Ia juga membahas pertumbuhan dan penurunan ekonomi dapat saja berbeda antara satu negara dengan negara lain.

Perkembangan dan penurunan ekonomi dapat terjadi dengan faktor utama yaitu pemasukan dan pengeluaran negara yang kadang berimbang, dan kadangkala berat sebelah antara keduanya.

Ibnu Kholdun mengungkapkan analisisnya tentang perdagangan internasional dan hubungan internasional, bahwa adanya hubungan antara perbedaan tingkat harga antar negara dengan ketersediaan faktor produksi, sebagaimana dalam teori perdagangan modern. Penduduk merupakan faktor utama pendorong perdagangan dan perekonomian internasional.

Jika jumlah penduduk besar maka akan terjadi pemerataan tenaga kerja sesuai dengan keahlian masing-masing, sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya surplus dan perdagangan internasional. Pembagian tenaga kerja internasional akan lebih bergantung pada keahlian masing-masing individu dari pada natural endowment.

Emas memiliki nilai dan fungsi yang amat penting dalam perekonomian, sebagaimana ia nyatakan “Tuhan telah menciptakan uang logam mulia, emas, perak, yang dapat digunakan oleh manusia untuk mengukur nilai dari suatu komoditas” . Tetapi Ibnu Kholdun juga memperkenankan mata uang kertas, dengan syarat pemerintah wajib menjaga stabilitas nilainya.

Fase Ketiga (1446 M- 1932 M)

Fase ketiga dari sejarah pemikiran ekonomi Islam adalah fase kemerosotan. Fase ketiga ini dimulai pada tahun 1446 M hingga 1932 M. Salah satu penyebab kemerosotan pemikiran ekonomi Islam pada waktu itu adalah asumsi yang mengatakan bahwa telah tertutupnya pintu Ijtihad.

Namun demikian masih terdapat gerakan pembaharu selama dua abad terakhir yang menyeru untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Hadith. Para pemikir yang terkemuka pada fase ini antara lain adalah :

Shah Waliullah

Bukunya: Hujjatullah al Baligha, di mana ia banyak menjelaskan rasionalitas dari aturan-aturan Syariah bagi perilaku manusia dan pembangunan masyarakat, misalnya manfaat kerjasama dalam pertukaran barang dan jasa, usaha (mudharabah, musyarakah, muzara’ah), kerugian perjudian dan riba, perlunya redistribusi faktor produksi alamiah, dll

Muhammad Iqbal

Meskipun di dunia luas lebih dikenal sebagai filosof, sastrawan atau juga pemikir politik, Muhammad Iqbal sebenarnya juga memiliki pemikiran-pemikiran ekonomi yang brillian. Dalam Puisi dari Timur ia menunjukkan tanggapan Islam terhadap kapitalisme Barat dan reaksi ekstrim dari komunisme. Ia meiliki komitmen besar terhadap keadilan.

Melacak missing link pemikiran ekonomi

Apabila mengkaji buku barat, misalnya history of economics dari schumperter (1997), tampak bahwa schumpeter dengan sengaja menafikkan kontribusi islam dalam pemikiran ekonomi modern dan mengajukan sebuah tesis tentang kesenjangan besar atau “the great gap” dalam sejarah pemikiran ekonomi modern.

Ia menuliskan bahwa tidak kurang dari 500 tahun sebelum St. Thomas Aquinas, dunia pemikiran ekonomi tidak menemukan tulisan-tulisan yang relefan dengan ekonomi modern. The Dark Age yang melanda eropa pada abad pertengahan dianggapnya sebagai wabah kebodohan yang menimpa seluruh bagian dunia sampai akhirnya Adam Smith menulis studi ekonomi dalam “The Wealth Of Nations”.

Sebenarnya jika mau jujur, justru penulisan sejarah ekonomi modern lah yang berangkat dari vaccum. Dengan mengikuti tesis Schumpeter itu, orang diarahkan pada pemikiran yang bias karena catatan sejarah telah membuktikan bahwa tesis “The Geart Gap” sebenarnya tidak mempunyai dasar yang kuat.

Ada banyak bukti yang menunjukkan kelemahan tesis itu, dan justru selama masa-masa yang dianggap kosong dari pemikiran ekonomi yang relevan dunia islam telah melahirkan banyak karya pemikiran ekonomi yang Genuine yang hingga kini masih dapat ditemukan jejak-jejaknya.

Berbagai alasan tertentu, mengapa barat menulis sejarah ekonomi seperti sekarang ini adalah sebagai berikut.Pertama, Pandangan yang terlalu eurocentris menghendaki agar pemahaman tentang ekonomi didekati menurut perspektif barat.Kedua, Superioritas peradaban yang kini tengah mereka nikmati ingin menjadikan teori-teori ekonomi mereka berlaku secara universal.

Ilmu pengetahuan mencapai eropa

Melalui Andalusia

Diandalusia sedikit-sedikit umat islam mulai kehilangna daerah kekuasaanya mula-mula Toledo di rebut oleh Kristen pada tahun 1085 M, hilangnya pusat sekolah tinggi dan pusat ilmu pengetahuan islam beserta segala isinya yang terdiri dari perpustakaan beserta ilmuan-ilmuanya, kemudian pada tahun 1236 M menyusul Cordova di rampas oleh raja Alfonso VII dari Castillia, maka hilang pula pusat kebudayaan dunia di sebelah barat beserta masjid raya Cordova yang didirikan olehamir-amir Amawiyah Analusia, Kutubul kanhahyang didirikan oleh Hakam II dengan buku-bukunya dari segala cabang ilmu.kemudian terajadi penerjemahan buku-buku arab yang di pimpin oleh Raymond.

Buku-buku yang di salin adalah buku-buku yang tersisa dari pembakaran.penerjemah-penerjemah banyak pindah ke Toledo terutam yang berasal dari bangsa yahudi. Demikian , Toledo menjadi pusat perkembangan ilmu islam ke dunia barat.

Melalui pulau sisilia

Pendudukan orang-orang arab atas Sisilia tidak berlangsung lama seperi pendudukan atasa spanyol.setelah Roger memimpin invasi ke sisilia dan berhasil merebut Messina, dan berlanjut dengan pendudukan atas seluruh wilayah tersebut sampai 1091.

Melalui perang salib

Ketika tentara salib sedang berkuasa, setiap ada pasukan yang pulang kembali ke eropa selalu membawa apa saja yang mereka temui. Apakah itu berupa buku-buku ilmu pengetahuan, alat-alat dokter, kompas, dan apa saja hasil kemajuan umat islam.

Demikian juga ketika mereka terusir dari Okka, mereka membawa lari segala apa yang mereka rampas dari hasil kemajuan islam.dengan dmikian perang salib merupakan salah satu dari jembatan tempat mengalirny kebudayaan islam ke eropa.

Transformasi pemikiran ekonomi dari timur ke barat

Banyak pemikiran ekonomi islam yang mirip dengan barat. Hal ini terjadi karena ada beberapa kemungkinan.
  1. Kebetulan yang sama, yaitu sama idenya
  2. Pemikir-pemikir Barat secara langsung dan tidak langsung sangat dipengaruhi oleh pemikiran dari para sarjana muslim.
  3. Pemikir-pemikir Barat melakukan plagiasi terhadap karya-karya para sarjana muslim.
Untuk mengamati Transformasi pemikiran ilmu dunia islam kebarat ada beberapa hal:

  1. Ilmuan Eropa belajar ke Spanyol dan Timur Tengah
  2. Translasi dari bahasa Arab ke bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Catalonia atau Latin 
  3. Kaum muslim bertempat tinggal menetap di andulisia yang berkembang pesat seperti sevila dll 
  4. Penjajahan di Sisilia 
  5. Perang salib 
  6. Perdagangan 

Indikasi plagiasi pemikiran sarjan muslim oleh ilmuan barat

Karena banyak karya sarjana muslim yang berpidah didunia barat jadi sangat sulit untuk diidentifikasi secara mendetail konsep pemikiran ekonomi muslih apa aja yang ditiru, dikembangankan, dijiplak berikut oleh ekonom barat. Berikut ini beberapa diantaranya:
  1. Institusi atau mekanisme ekonomi-bisnis yang ditiru barat dari dunia islam yaitu syirkah, suftaja, halawa, funduq
  2. Banyaknya karya pemikir islam yang ditiru antara lain: kitab al-amwal karya abu ubayd sama dengan bukunya adam smith yang berjudul the wealth of nation, buku nahjul Balaqhah karya imam ali sama dengan teori pareto optimum karya V pareto, kitab karya ibnu taimiyah sama dengan bad money drivers out good money karya gresham law, bar hebraus menyalin ihya ulumuddin karya al ghozali, pendeta gereja menyalin banyak banyak kitab salah sati ihya nya al ghozali, St thomas aquinas menyalin bab dari ibnu alfarabi dan mempelajari pemikiran al ghozali, G.theori invisible hands, gresham telah mengabdosi teori ibnu taimiyah.
Josep schumpeter mengatakan bahwa adanya jurang pemisah yang besar antara pemikiran islam dengan dunia barat selama lima abad.Ini jelas bahwa eropa menyembunyikan pemikiran-pemikiran ekonomi islam dan mereka kembangkan sehingga mereka menganggap itulah milik mereka. Para ekonomi muslim mengakui terpengaruh oleh tokoh yunani kuno seperti aristoteles.

Karya-karya ekonom islam yang diterjemahkan oleh ekonom barat adalah karya-karya al kindi,al farabi, ibnu sina, imam ghozali, ibnu rusdy, al khawirizmi, ibnu haythan, ibnu hazn, jabir ibnu hayyan, ibnu bajja, dan ar razi.

Sejarah membuktikan bahwa para pemikir muslim merupakan penemu ilmu-ilmu

Pra pemikir klasik muslim tidak pernah terjebak untuk mengkotak-kotakkan berbagai macam ilmu yang di lakukan oleh para pemikir saat ini. Mereka melihat ilmu-ilmu tersebut sebagai “ayat-ayat Allah” yang bertebaran di seluruh alam. Para pemikir muslim memang melakukan klasifikasi terhadap berbagai macam ilmu, tetapi yang di lakukan mereka adalah pembedaan, bukan pemisahan.

Ibnu Sina (980-1037 M), sebagai contoh, selain terkenal sebagai ahli kedokteran,juga adalah ahli filsafat. Bahkan ia juga mendalami psikologi dan musik. Al-Ghazali (1058 M- 505 H), selain banyak masalah-masalah fiqih (hukum) , ilmu kalam (teologi), dan tasawuf, beliau juga banyak membahas masalah filsafat, pendidikan, pesikologi, dan pemerintahan.

Ibnu Khaldun (1332-1404 M) selain banyak membahas masalah sejarah , juga banyak menyinggung masalah-masalah sosiologi, antropologi budaya, ekonomi, geografi, pemerintahan, pembangunan, peradaban, fisafat, epistemologi, psikologi, dan juga futorolgi.

Sayangnya tradisi pemikiran seperti ini tidak berlanjut sampai sekarang karena mundurnya peradaban muslim di hampir segala bidang kemunduran ini sebagian di sebabkan karena musuh dari luar sebagian lagi disebabkan oleh sikap umat muslim sendiri.

Para pemikir islam sebenarnya telah memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam ilmu ekonomi modern dengan demikian teori ekonomi islam sebenarnya bukan ilmu baru. Oleh karena itu sikap umat islam terhadap ilmu-ilmu dari barat, termasuk ilmu ekonomi versi “konvensional”, adalah la tukadzibuhu jamii’a , wala tushahhihuhu jamii’a ( jangan tolak semuanya, dan jangn pula terima semuanya ).

Ekonomi muslim perlu mempunyai akses terhadap. Kitab-kitab klasik Islam. Di lain pihak fuqaha’ Islam perlu juga mempelajari teori-teori ekonomi modern agar dapat menerjemahkan. Kondisi ekonomi moderen dalam bahasa kitab klasik Islam.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemikiran ekonomi islam dalam beberapa fase, yaitu fase pertama, kedua, dan ketiga. Dalam setiap fase muncul beberapa pemikir islam. Dan kemudian perkembangan pemikiran islam ke Barat yaitu melalui andalusia, sisilia, perang salib, dan perdagangan.

Bahwasanya perkembangan pemikiran islam jauh lebih dulu daripada pemikiran ekonomi barat. Namun, kenapa ekonomi barat jauh lebih dikenal daripada ekonomi islam? Itu terjadi karena adanya plagiasi yang dilakukan oleh barat atas islam.

Referensi
  1. Abdullah, Boedi. Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam. Bandung:Pustaka Setia. 2010.
  2. Sunanto, Musrifah. Sejarah Islam Klasik.
  3. Watt, Montgomery. Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropo Abad Pertengahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995.
Author: Mahda Rosyada, Helmi Sakiroh, Alwi Sya’bana, Nur Hasanah

Demikian Perkembangan Pemikiran Islam ke Barat. Semoga bermanfaat.

Baca Artikel Pendidikan Lainnya.