Kepemimpinan Pertamina
masnasih.com - Menteri BUMN Rini Soemarno mengungkapkan ada masalah kepemimpinan akut di Pertamina. Dewan Komisaris Pertamina pun mengungkapkan hal yang sama. Persoalan kepemimpinan seperti apa sebenarnya?"Malahan yang terjadi dewan komisaris melakukan komunikasi dan beberapa kali rapat, mereka melakukan kepada semua direksi, dirut, dan wadirut. Hingga kemarin mereka memberikan usulan bahwa masalah kepemimpinan ini sudah akut," kata Rini Jumat (3/2) lalu.

Kumparan mendapatkan informasi terkait komunikasi yang dimaksud Rini sebelum pencopotan Dwi Soetjipto sebagai direktur utama dan penghilangan jabatan Ahmad Bambang sebagai wakil direktur utama.

Pada tanggal 24 Januari 2017, Dewan Komisaris memanggil seluruh jajaran direksi Pertamina. Total ada 9 anggota direksi Pertamina yang dipanggil, termasuk direktur utama. Satu per satu mereka ditanya secara terpisah mengenai kondisi internal Pertamina. Masing-masing anggota direksi kemudian menceritakan setiap masalah, sampai akhirnya ditanya kemungkinan penyelesaiannya.

Setelah pemanggilan itu, Dewan Komisaris kemudian membuat sebuah rekomendasi yang dikirim untuk Menteri BUMN Rini Soemarno. Surat rekomendasi keluar pada awal bulan Februari 2017. Surat rekomendasi tersebut ditandatangaani oleh Komisaris Utama Tanri Abeng, Wakil Komisaris Utama Arcandra Tahar, Komisaris Sahala Lumban Gaol, Komisaris Suahasil Nazara, dan Komisaris Edwin Hidayat Abdullah.Isinya kurang lebih menceritakan masalah yang dihimpun dari para direksi dan jawaban direktur utama.

Di antara masalah-masalah tersebut adalah: persoalan personel direksi baru yang belum pernah diterima direktur utama, sampai masalah komunikasi dan arahan yang tidak jelas dari direktur utama.

Kesimpulan dari surat rekomendasi tersebut menyatakan, enam dari delapan anggota direksi tak percaya pada direktur utama. Meski begitu, delapan anggota direksi selain direktur utama menyatakan, proses pengambilan keputusan di tingkat dewan direksi lambat. Sementara ada empat anggota direksi yang menilai masalah dengan direktur utama tak bisa diperbaiki lagi.

Dewan Komisaris kemudian meminta konfirmasi pada direktur utama dan dijawab oleh Dwi Soetijpto:"tidak ada masalah."Akhirnya, Dewan Komisaris mengeluarkan pendapat bahwa tidak terjalin kerja sama yang baik antara anggota direksi dan direktur utama. Lalu, direktur utama juga dianggap tidak tegas dalam mengambil posisi dan keputusan.

Yang paling krusial adalah: Dewan Komisaris mengusulkan kepada RUPS untuk melakukan penyegaran dewan direksi. Kumparan mencoba meminta konfirmasi terkait surat ini kepada Dewan Komisaris Pertamina, namun belum membuahkan hasil. Sementara Dwi Soetjipto juga belum merespons. Direksi Pertamina yang lain pun demikian.

Penyelesaian Masalah Kepemimpinan di Pertamina: Direksi Vs Direktur Utama

Melalui artikel tersebut saya menggarisbawahi bahwa masalah yang terjadi dalam organisasi tersebut adalah masalah komunikasi dan ketidakharmonisan hubungan antara direktur dengan direksi.

Dalam melakukan penyelesaian masalah dalam artikel tersebut saya mengambil teori dari Wijono (1993)

Langkah-langkah penyelesaian:

Langkah-langkah penyelesaian digunakan secara berurutan dan apabila strategi penyelesaian yang satu belum bisa menyelesaikan masalah yang terjadi, maka menggunakan strategi penyelesaian masalah yang lain. Berikut ini adalah pilihan strategi yang saya gunakan.

Strategi Mengatasi Konflik Antar Pribadi (Interpersonal Conflict) Menurut Wijono (1993 : 66-112), untuk mengatasi konflik dalam diri individu diperlukan paling tidak tiga strategi yaitu:

Strategi Kalah-Kalah (Lose-Lose Strategy)

Beorientasi pada dua individu atau kelompok yang sama-sama kalah. Biasanya individu atau kelompok yang bertikai mengambil jalan tengah (berkompromi) atau membayar sekelompok orang yang terlibat dalam konflik atau menggunakan jasa orang atau kelompok ketiga sebagai penengah.

Dalam strategi kalah-kalah, konflik bisa diselesaikan dengan cara melibatkan pihak ketiga bila perundingan mengalami jalan buntu.Maka pihak ketiga diundang untuk campur tangan oleh pihak-pihak yang berselisih atau barangkali bertindak atas kemauannya sendiri.

Ada dua tipe utama dalam campur tangan pihak ketiga yaitu:

Arbitrasi (Arbitration)

Arbitrasi merupakan prosedur di mana pihak ketiga mendengarkan kedua belah pihak yang berselisih, pihak ketiga bertindak sebagai hakim dan penengah dalam menentukan penyelesaian konflik melalui suatu perjanjian yang mengikat.

Mediasi (Mediation)

Mediasi dipergunakan oleh Mediator untuk menyelesaikan konflik tidak seperti yang diselesaikan oleh abriator, karena seorang mediator tidak mempunyai wewenang secara langsung terhadap pihak-pihak yang bertikai dan rekomendasi yang diberikan tidak mengikat.

Strategi Menang-Kalah (Win-Lose Strategy)

Dalam strategi saya menang anda kalah (win lose strategy), menekankan adanya salah satu pihak yang sedang konflik mengalami kekalahan tetapi yang lain memperoleh kemenangan.

Beberapa cara yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan win-lose strategy (Wijono, 1993 : 44), dapat melalui:
  1. Penarikan diri, yaitu proses penyelesaian konflik antara dua atau lebih pihak yang kurang puas sebagai akibat dari ketergantungantugas (task independence).
  2. Taktik-taktik penghalusan dan damai, yaitu dengan melakukan tindakan perdamaian dengan pihak lawan untuk menghindari terjadinya konfrontasi terhadap perbedaan dan kekaburan dalam batas-batas bidang kerja (jurisdictioanal ambiquity).
  3. Bujukan, yaitu dengan membujuk pihak lain untuk mengubah posisinya untuk mempertimbangkan informasi-informasi faktual yang relevan dengan konflik, karena adanya rintangan komunikasi (communication barriers).
  4. Taktik paksaan dan penekanan, yaitu menggunakan kekuasaan formal dengan menunjukkan kekuatan (power) melalui sikap otoriter karena dipengaruhi oleh sifat-sifat individu (individual traits).
  5. Taktik-taktik yang berorientasi pada tawar-menawar dan pertukaran persetujuan sehingga tercapai suatu kompromi yang dapat diterima oleh dua belah pihak,untuk menyelesaikan konflik yang berkaitan dengan persaingan terhadap sumber-sumber (competition for resources) secara optimal bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Strategi Menang-Menang (Win-Win Strategy)

Penyelesaian yang dipandang manusiawi, karena menggunakan segala pengetahuan, sikap dan keterampilan menciptakan relasi komunikasi dan interaksi yang dapat membuat pihak-pihak yang terlibat saling merasa aman dari ancaman, merasa dihargai, menciptakan suasana kondusif dan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi masing-masing dalam upaya penyelesaian konflik. Jadi strategi ini menolong memecahkan masalah pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, bukan hanya sekedar memojokkan orang.

Strategi menang-menang jarang dipergunakan dalam organisasi dan industri, tetapi ada 2 cara didalam strategi ini yang dapat dipergunakan sebagai alternatif pemecahan konflik interpersonal yaitu:

Pemecahan masalah terpadu (Integrative Problema Solving)

Usaha untuk menyelesaikan secara mufakat atau memadukan kebutuhan-kebutuhan kedua belah pihak.

Konsultasi proses antar pihak (Inter-Party Process Consultation)

Dalam penyelesaian melalui konsultasi proses, biasanya ditangani oleh konsultan proses, dimana keduanya tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan konflik dengan kekuasaan atau menghakimi salah satu atau kedua belah pihak yang terlibat konflik.

Saya menggunakan strategi tersebut karena permasalahan dalam organisasi tersebut sudah tergolong akut.

Demikianlah artikel penyelesaian masalah kepemimpinan di Pertamina. Semoga bermanfaat.