Hujan di Pagi Hari

masnasih.com - Setelah jam 3 lebih saya mengistirahatkan tubuh, menelusuri kehidupan mimpi yang cukup menegangkan dan bangun saat terdengar sayup-sayup suara mbakyu membangunkan semua penghuni ruang tamu rumah kecil itu. Suara adzan menggema menggetarkan hati para pecinta agama. Aku membuka mata dan terdiam lalu menutup kembali mata memanfaatkan waktu sampai iqomat berkumandang.

Suasana pagi ini masih dingin, rintik-rintik gerimis mulai terlihat di kegelapan mendung pagi ini. Walaupun malam tadi hujan, namun udara tak begitu dingin hanya menyentuh kulit luar tak sedikitpun menggigilkan tubuhku.

Bulan ini bukanlah musim hujan, namun akhir-akhir ini turun hujan hampir setiap malam, inilah yang dinamakan pancaroba adalah musim yang tak menentu. Hujan yang seharusnya turun di akhir tahun dan awal tahun, justru turun di pertengahan tahun yang seharusnya adalah musim kemarau.

Tak sedikit orang yang menceritakan tentang keganasan hujan sang pembawa virus yang pembuat orang demam, padahal hujan adalah rahmat Tuhan. Adalah sebuah keanehan jikalau hujan membawa berita buruk bagi para penikmatnya, atau mereka yang terpaksa menikmatinya karena tak ada tempat teduh saat mereka menelusuri jalanan.

Apakah ini sebuah kerusakan yang dibuat manusia sendiri? Sampah-sampah yang dibakar tak melihat masa depannya, tak melihat bahaya yang akan ia tanggung. Sebuah bencana yang akan menimpa banyak orang pun tak ia indahkan. Entah karena kebodohannya, atau ia pura-pura buta.

Di sisi lain memang bumi sudah terlalu tua untuk ditempati. Sudah banyak oknum yang telah merusak nya tanpa memikirkan masa depan anak cucunya demi kesenangan sesaat. Menebangi pohon-pohon yang rindang, membiarkan limbah industri bebas terbang ke awan tanpa memfilternya.

Hujan pagi ini membuat hati ingin bermuhasabah, mengingat segala yang pernah kulakukan, dan melist kembali pencapaian dan kegagalan yang telah kudapati.