Dialah yang Perempuan Kucintai

masnasih.com - Dinginnya malam tak membuat semangatku turun untuk bertemu dengan seorang perempuan yang kini telah membahagiakan hati yang sudah berbulan-bulan membuat kesal. Canda tawanya membuat hati merasa nyaman, perasaan yang sebelumnya galau tak karuan menjadi merasa adem dan nyaman, semangatpun mulai tumbuh mengembang. 

Namun kabarnya semenjak ku tinggal pagi itu, canda tawa sudah tak terlihat lagi menyisakan keheningan suasana yang makin mencengkam bagi orang yang ada di sampingnya. Adalah adik dan kakakku yang ada di sampingnya. Dalam hatiku hanya mengira, mungkin pagi tadi sudah makan banyak diselingi canda tawa membuatnya merasa tenang dan bisa beristirahat untuk memulihkan kesehatannya.

Aku berjalan menuju rumah sakit, cuaca nampak mulai bersahabat. Gerimis yang sempat membasahi bumi itu mulai berhenti menyisakan jalanan yang basah lembab. Aku terus melafalkan sholawat dan hawqalah di sepanjang jalan.

Memasuki area parkir hati dan pikiran masih berharap semuanya akan baik-baik saja, ku letakkan helm dan kali ini ada sedikit yang berbeda, parkir yang biasanya bayar belakangan sekarang harus bayar duluan. Aku berjalan memasuki jalan utama rumah sakit dan menelusuri lorong, naik tangga dan menuju ruang dimana perempuan yang selalu ku harapkan kebaik-baikan sajanya berada.

Kulihat ada 5 orang yang mengerumuninya. Adalah 3 laki-laki tetangga saya yang bersama ibunya sedang menjenguk, dan 2 orang lainnya adalah adikku yang sedang membisikkan nama Allah di telinga perempuan itu, dan kakak saya yang masih terlihat bingung. 2 Perempuan adalah adik saya yang juga kebingungan dan seorang ibu yaitu tetangga yang sedang memandang perempuan yang tergeletak di ranjang itu.

"Panggil suster" kata adikku sambil membisikkan kalimat Allah di kuping kanan perempuan yang tergeletak itu. Aku tak langsung memanggilkan, namun kupegang kaki perempuan yang nafasnya mulai putus-putus sambil kubacakan doa. 

Beberapa saat kemudian tubuhnya sudah tak bergerak, ku sentuh pergelangan tangannya, masih terasa denyut nadinya. Ku dekatkan tangan ke hidungnya tak kurasakan panasnya nafas perempuan itu, kulihat tubuhnya sudah tidak bergerak, ku pegang pergelangan tangannya masih terasa nadinya, kakinya juga masih hangat.

Mulai ada rasa curiga di benakku, aku terpanggil untuk memanggil suster. "Suster." kami serentak memanggil suster yang masih berjalan di luar ruangan tempat kami berada. "Iya. Ada apa?" Suster itu langsung berhenti dan masuk ke ruangan. Kami langsung menunjuk ke arah perempuan yang sudah tak bergerak itu. 

"Sejak dari kapan ini?" Tanya suster setelah cek nadi perempuan itu. "Barusan suster" jawab kami serempak. Suster itu bergegas keluar ruangan.

Hatiku mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ku pegang pergelangan tangan perempuan itu. "Innalillahi." denyut nadinya sudah tak terasa lagi.

Perasaan yang kesal dan benci sirna begitu saja. Aku mulai sadar ternyata aku sangat mencintai perempuan itu. Perasaan yang tak mungkin terjadi padaku saat ini benar-benar terjadi dan kurasakan walaupun tak sedalam orang pada umumnya.

Suster-suster dan dokter masuk ke ruangan, keluar dengan menyerahkan surat kematian. Mulai saat itu baru kurasakan rasa cinta yang sesungguhnya, orang yang akhir-akhir ini kubenci ternyata adalah orang yang paling kucintai. Hatiku merasa sesak, perasaan ini sungguh tak bisa diabaikan seperti biasanya. Sungguh terenyuh hati ini melihat kenyataan yang sudah terjadi.

Semuanya terdiam sibuk dengan perasaannya sendiri-sendiri. Orang-orang penasaran ingin tahu apa yang terjadi, merekapun merasakan suasana duka yang sedang terjadi. 

Aku mulai sadar, ternyata dialah perempuan yang kucintai selama ini.