masnasih.com - Malam 42 sepeninggalan ibuku adalah malam dimana aku bertemu kembali dengan ibu dalam mimpiku. Namun ada sedikit pembeda malam ini dengan malam itu. Malam ini aku bertemu dengan ibuku, namun aku tidak bisa menatap ibu secara tatap muka karena posisi tidurku yang terlentang dengan menyilangkan kaki.

Aku tidur jam 00.00 wib lebih, di saat aku mau mulai asik dengan istrirahatku, mulailah banyak hal jin yang mulai usil dengan keadaanku. Aku mulai diganggu dan aku mencoba untuk melawannya, namun mereka silih berganti menggangguku.

Di saat jin yang terakhir dapat ku tepiskan, saat itu pula ada suara yang memanggilku dari arah kepalaku. Aku tidur dengan terlentang kepala di barat dan kaki di timur. Suara itu tak asing bagiku. Suara itu adalah suara ibuku memanggil-manggil namaku. "Seh, naseh."

Ibu memanggilku beberapa kali seakan-akan membangunkanku atau memanggil karena aku tidak langsung menjawabnya. Aku mulai sadar bahwa itu suara ibuku. Aku ingin bangun tapi posisi tidurku tak bisa membuatku bergerak. Aku hanya bisa tetap di tempat dan mulai menjawab panggilan ibu.

"Nggeh bu, pripun?" Jawabku dengan kesadaran yang belum pulih. Biasanya aku tak menggunakan bahasa kromo saat ibuku masih hidup. Namun semenjak ibu meninggal dalam mimpiku, secara spontan aku berkomunikasi dengan bahasa jawa kromo alus.

Ibu yang dengan nadanya yang pelan saat berbicara, ia mulai mengajak berbicara,"Seh. Ayo mulai maneh ah. Aku nengkene kokiye" (Seh. Ayo mulai lagi lah. Aku disini seperti ini). Perkataan ibu membuatku tersadar bahwa ibu sudah tiada. Akupun sadar jika ada hal penting yang ingin ibu sampaikan yaitu meminta doa, didoakan anaknya. Beberapa kali ibu mengatakan hal yang sama. Ia terlihat memohon dengan halus dan memelas. "Mulai maneh yo?" (Mulai lagi ya?). Ucapannya semakin memelas.

"Nggeh. Nggeh Mak." (Iya, iya Bu). Aku hanya bisa mengiyakan apa yang iya minta. Belum sempat aku bertanya ibu sudah menimpali, "Seh, aku pak selonjor sitik." (Seh. Aku mau meluruskan kaki sedikit." Aku cuma bisa mempersilakan. "Nggeh Bu. Sekalian tak pijeti yo" Kaki beliau diluruskan dan berada di kanan dan kiri badanku, aku langsung memegang kakinya dari telapaknya mulai kupijat. Aku merasakan kasarnya kulit tepi telapak kakinya, seperti ketika ia semasa hidupnya.

Baru beberapa pijitan ibu sudah menarik kembali kakinya dan mengingatkan aku lagi dengan memohon. "Seh, yo." (Seh. Ya). Masih dengan nadanya yang pelan Ibu menegaskan lagi sambil menjauhiku kembali berjalan ke arah barat. Aku hanya bisa mengiyakan keinginan ibu. "Nggeh, nggeh bu. Moco Alkahfi pog mak?" (Iya bu. Baca Alkahfi kan bu?). Aku memastikan. Ibu menjawab dengan menimpali,"Al-kahfi, Adh-dhuha, An-Nas, Al-Mulk." Aku hanya bisa mengiyakan. "Oh nggeh mak." Aku bertanya lagi,"Mulai ngesok pok mak?" Aku sedikit berterik karena ibu semakin menjauh. Ibu mengiyakan.

Kemudian beliau berkata,"Yo wes, seh. Aku pak turu maneh yo?" (Ya sudah, seh. Aku mau tidur lagi ya?" Aku melihat ibu mulai merebahkan diri di tempat yang biasa-biasa saja namun dengan lantai berjarak 1,1 meter, dan lebarnya kurang lebih 65cm. Aku mendengar ibu yang mengatakan itu protes. "Mak. Lha sampean kan wes meninggal kan?" (Bu. Bukankan ibu sudah meninggal?). Ibu hanya melanjutkan aktivitasnya.

Pandanganku mulai meremang namun aku masih bisa mendengarkan suara ibu, entah apa yang dikatakan setelahnya karena aku mulai berganti alam. Namun aku terus memanggil ibu,"Mak.Mak.Mak." Aku terus memanggil namun ibu sudah pulang ke tempat peristirahatannya. Aku sudah beralih alam entah alam apa itu aku tidak tahu. Namun aku merasa sudah bangun namun ternyata masih di alam mimpi.

Aku melihat adikku membangunkanku, namun aku masih terus memanggil ibu. Di saat aku bangun dari tidurku yang masih dalam mimpiku. Aku menghampiri adik dan yaitu ke ruang tamu. Disitu ada kakakku dan suaminya. Aku mulai bercerita. "Aku nembe ngimpi ketemu simak." (Aku barusan mimpi bertemu ibu)."

Belum sempat berkata-kata banyak, aku sudah terbangun dari tidurku. Aku benar-benar bangun dan menulis cerita mimpi ini disini.

Masya Allah. Aku hanya menyimpulkan, ternyata mimpi yang sebelumnya adalah benar adanya bahwa disana walaupun tenang namun tak secerah para aulia Allah. Ibu masih mendapatkan kiriman doa dari bapak. Dan aku meyimpulkan, mungkin kehidupan nyamannya karena setiap hari dikirimi doa berupa doa dan bacaan Alquran.

Namun ibu memintaku untuk mendoakannya seakan-akan ia secara tidak langsung menggambarkan, bahwa ketika keluarga tidak ada yang mendoakannya hidupnya lebih sengsara dari yang saat ini. Namun apapun yang terjadi beliau hanya bisa menerimanya. Walaupun beliu mengharapkan, namun beliau tidak bisa memaksakan dan siap menerima risiko jika hidupnya harus sengsara ketika tak ada yang mendoakannya.

Amal perbuatan selama di dunianya terlihat begitu jelas tak berbeda dan sama persis seperti yang ia dapatkan disana. Beliau hanya bisa mengandalkan amalnya sendiri dan sisa amal jariyah yang beliau miliki termasuk anak yang diharapkan menjadi sholih/sholihah.

Namun ada satu kejanggalan yang aku saksikan, yaitu kenapa beliau hanya meminta kepadaku dan tidak meminta kepada yang lainnya, misalnya bapak, adek, dan kakak?

Aku hanya bisa mengira-ngira dengan pengetahuan yang kupahami. Yang pertama, orang yang telah meninggal tidak akan berbicara panjang lebar kecuali hanya menyampaikan sesuatu yang penting. Maka adalah wajar jika beliau hanya menyampaikannya kepadaku. Yang kedua, beberapa hari ini aku memang mengurangi amal baikku dan sebagian besar waktu kugunakan untuk memikirkan cara untuk membangun bisnis.

Dari yang sebelumnya aku dalam satu hari membaca 4-5 juz Alquran dan menghafal 1 hadits, sekarang aku hanya membaca 25-50 ayat alquran dalam seharinya dan hadits hanya membacanya saja. Inilah yang mungkin bisa menjadi alasan kenapa hanya aku yang ditemui dan dimintai doa.

Masya Allah. Mimpi kali ini memang aku hanya bisa melihat dengan posisi tidur. Namun aku mendengar dengan jelas suara ibu yang sama persis seperti semasa hidupnya kala akhir-akhir masa beliau mendekati wafatnya.

Ya Allah, pertemukanlah ibuku dengan para KekasihMu. Jadikanlah ibu menjadi seorang ahli surga. Mendapatkan nikmat hingga hari kiamat dan yaumul hisab. Aamiin..