"Duduk santai sambil bermain hape dan asyik dengan musik yang didengar dengan earphonenya. Duduk terdiam memandang kosong penuh dengan kejenuhan lemas lunglai. Duduk sekenanya pandangannya kesana kemari mencoba sibuk dengan aktivitas daripada terdiam. Duduk santai asyik bermain dengan anaknya dengan pedenya. Duduk diam menatap hape sibuk mengetik entah apa yang ia lakukan. Itulah berbagai pemandangan dari sebuah kata 'Antri," sebuah kata sederhana namun terdapat banyak makna di dalamnya. Kita bisa mengetahui banyak ilmu dari arti sebuah Antri, dari mulai ilmu agama, sosial, budaya, norma dan kesopanan, teknologi informasi, sampai psikologi. Dalam sebuah antrian terdapat banyak sekali pelajaran yang dapat dilihat, diperoleh, dan dipraktekkan."
masnasih.com - Antri adalah kata kerja, mengantri adalah pekerjaan dari antri. Antrian adalah sekelompok orang yang sedang melakukan penantian untuk mendapatkan giliran. Sedang mengantri berarti masih dalam keadaan melakukan antri. Jadi menurut hemat saya, antri adalah sebuah proses menunggu untuk mendapatkan sesuatu atau tujuan tertentu karena harus ada yang dahulu dan didahulukan dan ada yang akhir yang harus diakhirkan.
Berbicara tentang antri ini memang asik untuk dibahas karena banyak pelajaran yang tersembunyi di dalamnya (Ada udang di balik batu batunya ditendang udangnya lari lunggang langgang red). Kita melihat satu orang saja yang mengantri sudah mendapatkan banyak pelajaran, belum lagi jika melihat semuanya, wah bakalan borong ilmu baru Sob.
Saya ingin menguliti satu persatu pelajaran inti (menurut saya) yang bisa diambil saat mengantri.
Kesabaran dan Menghargai Kepentingan Orang Lain
Mengantri melatih kita untuk mempunyai jiwa penyabar. Sabar dalam mengantri adalah cerminan sportivitas seseorang dalam kehidupan sehari-harinya. Semua orang mempunyai kepentingan yang berbeda dan orang rela mengantri karena ia menganggap bahwa ia mempunyai tujuan yang penting. Maka jika ada orang yang tidak sabar berarti dia justru mengekspor dirinya dan secara tidak langsung mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang tidak baik karena tidak bisa menghargai kepentingan orang lain.
Dengan petugas ataupun pihak yang sedang bekerja tentunya juga mempunyai kepentingan juga. Saya contohkan disini adalah customer service Bank BRI (CS). Mereka mempunyai kepentingan dalam bekerja. Mereka ingin melakukan pekerjaannya dengan baik dan tidak tergesa-gesa. Dan ketika ada orang yang ingin didahulukan atau ingin prosesnya dipercepat artinya dia tidak menghargai kepentingan orang lain.
Kreativitas
Mengantri mengajarkan kita untuk memunculkan kreativitas di sela-sela kejenuhan. Cobalah lihat di sekeliling kita saat sedang mengantri. Apa yang mereka lakukan? Tak banyak orang yang memanfaatkan waktu mengantri untuk hal-hal yang positive. Ini berbicara masalah yang kelihatan ya. Jadi tidak tahu juga kalau ternyata mereka sedang berdzikir di dalam hatinya.
Jadi kebanyakan, orang yang mengantri cuma diam, atau sibuk bermain gadget karena jenuh. Tapi rata-rata di wajah mereka tergambar sebuah kejenuhan dan keluh kesah dan terlihat murung. Ini bisa diartikan mereka sedang tidak berdzikir akan tetapi sedang mengumpat dalam hatinya. Mungkin mencari-cari kesalahan dari petugas, atau menyalahkan sistem antrian yang telah ada.
Kreativitas sangat dibutuhkan saat mengantri. Dengan pikiran keatif kita bisa membuat sesuatu yang lebih berharga dan bermanfaat bagi diri kita sendiri maupun orang lain. Kreativitas yang saya maksud disini adalah melakukan hal-hal positif dan bermartabat serta menghilangkan rasa jenuh menjadi bahagia saat mengantri.
Contoh sederhananya adalah membaca, menulis, berkomunikasi dengan orang di sebelahnya dengan pembahasan yang edukatif, dan semacamnya. Jadi sederhananya jika dibandingkan dengan jika hanya melamun saja atau bahkan mengumpat tentu kreativitas ini adalah jauh lebih baik dan bermartabat serta memberi manfaat positif.
Kehandalan
Saat mengantri tentunya pandangan kita tak terlepas dari petugas yang sedang bekerja, karena proses lama atau cepatnya juga dipengaruhi oleh petugas itu sendiri. Petugas yang terlihat handal akan membuat kita nyaman dan tak merasa didholimi, sedangkan petugas yang terlihat tidak handal akan membuat kita merasa dirugikan. Maka disini kita bisa mengambil pelajaran bahwa di setiap pekerjaan, kita dituntut untuk menjadi orang yang handal agar disukai oleh banyak orang.
Handal artinya cekatan, ulet dan penuh dengan ketelitian. Sebagai konsumen tentunya kita lebih bisa menilai apakah orang tersebut handal atau tidak. Namun proses penilaian ini bersifat subjektif yang tentunya setiap orang mempunyai cara penilaiannya sendiri. Handal artinya responsif dan fleksibel. Siapapun yang dihadapi bisa diperlakukan seperti yang mereka harapkan yang akhirnya berujung pada kepuasan.
Insting Detektif
Nah, pelajaran yang terakhir ini adalah pelajaran yang sedikit keren. Tak banyak orang yang menyadari bahwa mengantri dapat memunculkan insting detektif. Insting detektif adalah pemikiran cerdas layaknya detektif yang kritis dan tepat sasaran serta dapat memecahkan sebuah misteri yang tersembunyi rapi di sela-sela antrian. Katakanlah bisa melihat semua hal tentang orang yang sedang mengantri apakah dia adalah orang baik atau tidak. Dia orang berpendidikan atau tidak. Dia orang yang berwibawa atau tidak.
Bagaimana cara mengaktifkan insting detekif? Tentunya kita bisa melihat dari bahasa tubuhnya, cara berbicara, dan bagaimana ia berkomunikasi dengan orang lain di sekitarnya. Orang yang diam melamun tandanya dia pendidikannya rendah dan tak sabaran. Orang yang diam tenang tandanya ia mampu menguasai emosi. Orang yang sibuk dengan keluarga bermain dan bercanda artinya ia orang cerdas. Dan masih banyak pelajaran lainnya.
Berbagai pelajaran di atas tentunya bisa kita dapatkan manakala kita mau berpikir. Berpikir adalah cara yang tepat untuk mengaktifkan energi kemanusiaan seseorang yang berefek sikap seseorang berupa kebaikan.