Sistem Informasi Geografis

masnasih.com - Dewasa ini, kebutuhan akan informasi semakin meningkat, baik ditinjau dari jenis maupun volumenya. Salah satu jenis informasi yang meningkat volumenya adalah informasi tentang kebumian atau informasi geografis.

Selama ini informasi geografis diperoleh melalui peta dengan cara konvensional. Namun demikian, peningkatan kebutuhan akan informasi geografis dalam bentuk peta ternyata tidak mampu lagi dipenuhi hanya dengan menggunakan cara-cara konvensional. Selain memakan waktu yang lama dan memakan biaya yang cukup besar, peta yang dibuat secara konvensional juga memiliki kelemahan lainnya. Salah satunya adalah keterbatasan informasi yang bisa disajikan.

Oleh karena itu, bab ini masih erat kaitannya dengan bab 1 dan bab 2. Dalam bab ini kamu akan mempelajari sistem informasi geografis secara lebih mendalam.
Sistem Informasi Geografis (SIG)

Pengertian sistem informasi geografis

Perkembangan teknologi dalam bidang komputer mendorong perkembangan pembuatan peta dengan format digital (data digital) yang dikenal dengan sistem informasi geografis (SIG). Melalui penggunaan data digital, pembuatan peta menjadi lebih cepat dan lebih efisien, sehingga mampu memenuhi kebutuhan informasi kebumian yang semakin meningkat.

SIG terdiri atas tiga kata, yaitu sitem, informasi, dan geografis. Adapun pengertian dari masing-masing konsep tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Sistem adalah sekumpulan objek, ide, yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama. Untuk mencapai tujuan tersebut sistem terdiri atas sejumlah subsistem yang saling terkait. Sebagai contoh, tubuh manusia adalah sistem yang di dalamnya terdiri dari beberapa subsistem seperti pernapasan, reproduksi, pencernaan, dan peredaran darah. Sebagai sistem, SIG juga terdiri dari beberapa komponen atau subsistem.
  2. Informasi adalah analisis dan sintesis terhadap data. Informasi juga bisa dikatakan sebagai data yang sudah diorganisasikan ke dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan. 
  3. Sistem informasi yaitu suatu jaringan kegiatan mulai dari pengumpulan data, manipulasi, pengelolaan dan analisis, serta penjabaran data menjadi informasi. 
  4. Geografis yaitu persoalan mengenai bumi. Kata tersebut bisa digabung dengan kata sebelumnya yaitu informsi geografis. 
  5. Informasi geografis adalah informasi mengenai tempat-tempat yang ada di muka bumi, pengetahuan mengenai letak suatu objek di muka bumi, dan informasi mengenai letak suatu objek di muka bumi, dan informasi mengenai berbagai keterangan yang terdapat di muka bumi yang posisinya diberikan atau diketahui. 
Berdasarkan definisi dari beberapa kata penyusunannya, sejumlah ahli mendefinisikan SIG sebagai berikut.

Rice

Sistem informasi geografis (SIG) adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan (capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan data yang berhubungan dengan posisi suatu objek di permukaan bumi.

Aronoff

Sistem informasi geografis (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi berbagai informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis berbagai objek serta fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik penting atau kritis untuk dianalisis.

Michael N. Demers

Sistem informasi geografis (SIG) adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, mengintegrasikan, dan menganalisis berbagai informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi.

Star

Sistem informasi geografis (SIG) adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja untuk data yang tereferensi secara spasial atau koordinat geografi.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan sistem komputer yang mampu melaksanakan pekerjaan, mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis sesuatu hanya saja, dalam SIG, data yang dimaksud harus terujuk secara spasial atau memiliki lokasi di permukaan bumi. Apapun isi datanya, jika data tersebut memiliki lokasi atau koordinat geografi, data tersebut dapat dikatakan sebagai data geografis dan dapat diolah dengan menggunakan sistem informasi geografis (SIG). Karena itulah SIG bukan monopoli bidang geografi tetapi juga dikembangkan dan dimanfaatkan oleh bidang lainnya seperti politik, militer, bisnis, atau perencanaan wilayah.

Sistem informasi geografis dikenal dengan nama yang berbeda walaupun maksudnya sama. Istilah lainnya yang sama dengan SIG diantaranya sistem informasi lahan, sistem informasi Geo-dasar, sistem informasi keruangan, sistem informasi sumber daya alam dan sistem informasi analisis data spasial. Di beberapa negara, SIG dikenal dengan sebutan yang berbeda. Sebagai contoh, di kanada SIG dikenal dengan istilah geomatique.

Komponen SIG

Sedikit terdapat tiga komponen utama SIG, yaitu :

Sistem komputer

Sistem komputer digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis, dan menampilkan informasi geografis. Sistem ini terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras dalam SIG terdiri dari komponen berikut:
  1. CPU (central processing unit), merupakan perangkat keras yang mengendalikan seluruh operasi yang dibutuhkan oleh sistem komputer. 
  2. RAM (random access memory), merupakan perangkat yang berfungsi menyimpan data yang dimasukkan melalui peralatan untuk memasukkan data. 
  3. Perangkat penyimpanan data, yaitu perangkat yang berfungsi menyimpan data secara sementara maupun permanen dalam bentuk disket, harddisk (HDD), dan CD-ROM. 
  4. Perangkat untuk menampilkan data, yaitu perangkat yang berfungsi untuk memvisualisasikan data dan informasi misalnya, printer, layar monitor, plotter, dan OHP.
  5. Piranti untuk memasukkan data, yaitu perangkat yang digunakan untuk memasukkan data seperti papan ketik (keyboard), pemindai (scanner), tetikus (mouse), meja digitasi (digitizer), dan kamera digital. 
Perangkat lunak (software) SIG terdiri atas komponen berikut.
  1. Sistem operasi, terdiri atas program-program yang berfungsi mengatur semua sumber daya dan tata kerja komputer. Sistem operasi juga menyediakan berbagai fasilitas dasar yang dapat digunakan program aplikasi untuk menggunakan perangkat keras yang terpasang dalam komputer, pengendalian komunikasi, pengolahan perintah-perintah, serta manajemen data dan file. Beberapa sistem operasi yang banyak digunakan antara lain microsoft windows, LINUX, UNIX, dan macintosh. 
  2. Software aplikasi, terutama perangkat lunak SIG itu sendiri seperti arc info, arcview, erdas, ermapper, ilwis, atau mapinfo. 
  3. Sistem utilitas dan program pendukung seperti bahasa pemrograman. 

Data spasial

Data spasial adalah data mengenai objek atau unsur geografis yang dapat diidentifikasi dan mempunyai acuan lokasi berdasarkan sistem koordinat tertentu. Data spasial meliputi data grafis dan data atribut.

Data grafis adalah data dalam bentuk gambar dalam komputer. Peta dalam komputer merupakan data grafis. Berdasarkan strukturnya, data tersebut dapat berupa dat vektor maupun data raster. Data vektor adalah data yang dinyatakan dalam bentuk koordinat (x,y). Data vektor pada peta berbentuk titik, garis, dan poligon. Untuk memasukkan data vektor digunakan digitizer, keyboard, dan mouse.

Data Raster

Data raster adalah data yang dinyatakan dalam bentuk baris dan kolom (grid dan cell). Gambar yang terbentuk terdiri dari sejumlah cell. Ukuran terkecil dari cell tersebut dikenal dengan istilah pixel (picture element). Untuk memasukkan data raster biasanya digunakan scanner. Sebuah citra merupakan data yang dimasukkan pada komputer dalam berntuk data raster. Citra tersebut dapat diubah menjadi data vektor. Data atribut (tabular) adalah data yang dinyatakan dalam bentuk teks atau angka. Contoh data atribut adalah nama jalan, sungai, gunung, nomor ruma, atau panjang dan lebar sungai.

Pengguna

Pengguna (user) memegang peranan penting dalam SIG, pengguna berfungsi memilih informasi yang diperlukan, membuat standar, membuat jadwal pemutakhiran, menganalisis hasil untuk tujuan tertentu, dan merencanakan aplikasi. Karena itulah pemanfaatan SIG tergantung pada pengguna yang memanfaatkannya.

Tahapan kerja dalam SIG

Tahapan kerja dalam SIG sebenarnya hampir sama dengan tahapan kerja ketika menggunakan cara konvensional. Hanya saja dalam SIG pekerjaan tersebut dilakukan dengan bantuan komputer yang memiliki program (aplikasi) SIG di dalamnya.

Secara umum, tahapan kerja dalam SIG meliputi tahap persiapan, tahap pembuatan peta digital, dan tahap analisis.

Tahap persiapan

Sebelum melakukan proses pemasukan data ke dalam komputer perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan tersebut diperlukan agar pekerjaan pada tahap berikutnya lebih mudah, cepat, dan tertib, sehingga dapat mengurangi kesalahan pada tahap berikutnya. Adapun tahap persiapan terdiri dari kegiatan-kegiatan berikut.

Kajian kebutuhan

Pekerjaan SIG didasarkan akan kebutuhan informasi yang diperlukan masyarakat pengguna. Karena itulah sebelum memanfaatkan SIG, diperlukan konsultasi dan wawancara dengan pemegang proyek. Berdasarkan informasi tersebut dapat ditentukan sumber data yang diperlukan, lama pekerjaan, biaya, dsb.

Pembuatan konsep dan rencana analisis

Pada tahap ini dikembangkan konsep dan rencana analisis berupa penentuan peta-peta tematik yang dibutuhkan untuk ditumpangsusunkan. Pekerjaan analisis tersebut tentu saja didasarkan pada teori. Jadi peta-peta tematik yang dibutuhkan dan akan ditumpangsusunkan harus didasarkan pada teori atau bersifat logis.

Merancang siklus basis data

Pada tahap ini dilakukan perencanaan pengorganisasian data yang akan dimasukkan ke dalam sistem. Perencanaan tersebut didasarkan pada kajian kebutuhan dan sumber data yang harus disediakan.

Tahap pembuatan peta digital

Data dalam SIG terdiri dari data geografis dan data non grafis atau atribut. Biasanya, data grafis atau peta dibuat terlebih dahulu, kemudian baru dibuat data nongrafis. Tahapan pembuatan data grafis atau pembuatan peta digital adalah sebagai berikut.

Pemasukan data grafis

a. Persiapan

Sebelum didigitasi, harus dipastikan peta yang bersangkutan sudah mengalami koreksi dari berbagai kesalahan. Agar pekerjaan dilakukan lebih cepat dan tertib, perlu ditentukan prosedur kerja yang akan ditempuh. Misalnya, pada tahap awal, data grafis berupa jalan akan didigitasi semuanya lebih dahulu, kemudian sungai, batas peta, dst.

b. Digitasi peta

Pada tahap ini dilakukan pengubahan format data dari data analog berupa peta-peta dalam bentuk hardcopy atau dalam bentuk lembaran peta ke format digital. Data dalam bentuk format digital adalah data dalam bentuk numerik atau angka yang dapat diolah dengan komputer. Sebagaimana diketahui, komputer hanya dapat mengolah data dalam bentuk numerik. Pengubahan data digital menjadi data numerik (digitasi) dapat dilakukan dengan menggunakan meja digitasi atau digitizer atau dengan menggunakan pemindai (scanner).

Meja digitasi merupakan meja elektronik yang disambungkan dengan komputer. Peta yang akan didigitasi ditempatkan pada meja tersebut. Kemudian data grafis dalam bentuk titik, garis dan poligon di-digit sehingga gambar atau peta akan tampak pula pada layar monitor.

Prinsip kerja pemindai hampir sama dengan mesin fotokopi. Peta yang akan di-digit terlebih dahulu dipindai sehingga nampak pada layar komputer. Hasil pindaian tersebut masih berupa data dalam bentuk raster, sehingga jika kita akan membuat peta dalam bentuk vektor harus didigit dengan menggunakan mouse komputer.

Tahap editing

asil digitasi seringkali belum sempurna. Beberapa kesalahan seringkali ditemukan karena ketidaktelitian pada saat melakukan digitasi peta atau karena digitizer yang digunakan sudah mengalami gangguan. Karena itulah perlu perbaikan pada tahap editing. Kesalahan-kesalahan yang mungkin ditemui adalah dalam bentuk garis lebih (overshoot), garis yang terputus (undershoot), garis ganda, atau kesalahan label.

Tahap konversi

Peta hasil digitasi masih berupa koordinat meja digitasi. Peta tersebut masih terikat koordinat yang didigit, sehingga gambarnya pada komputer sesuai atu sama dengan peta sumber yang digunakan. Agar peta tersebut dapat dianalisis, koordinat hasil digitasi harus diubah terlebih dahulu. Pertama, koordinat meja digitasi diubah ke dalam bentuk koordinat lintang dan bujur. Kedua, peta yang sudah memiliki koordinat lintang dan bujur diubah dalam bentuk koordinat UTM (universal tranverse mercator). Koordinat bujur memiliki satuan derajat yang dapat dikonversi menjadi satuan panjang. Demikian pula, koordinat UTM memiliki satuan panjang unit meter. Dengan cara demikian, maka kita dapat menentukan panjang serta luas suatu fenomena geografi pada peta.

Tahap anotasi

Setelah tahap konversi, peta memasuki tahap anotasi. Tahap anotasi adalah tahap pemberian nama peta berbagai objek yang ada pada peta seperti nama kota, gunung, sungai, jalan, dll.

Tahap pemberian label (labelling)

Setiap objek yang berupa poligon pada peta harus diberi label. Label tersebut merupakan identitas bagi objek yang bersangkutan agar dapat dibedakan dengan objek lainnya. Hal ini sangat berguna, misalnya ketika objek tersebut akan diberi warna. Pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan mudah karena telah tersedia label untuk masing-masing poligon. Poligon yang memiliki label yang sama pasti akan memiliki warna yang sama. Label yang telah diisi data atributnya juga akan menjadi identitas pada legenda peta.

Pemasukan data nongrafis

Data nongrafis terdiri atas data tabular yang berupa angka maupun keterangan tentang peta atau data grafis. Data tersebut memberi penjelasan objek yang ada pada peta, misalnya panjang dan lebar jalan, luas hutan atau panjang sungai. Data ini dimasukkan dengan menggunakan keyboard pada komputer. Setiap program aplikasi SIG disertai program pengolah data seperti Exell dan Dbase.

Tahap analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan pada tahap persiapan. Pekerjaan pengukuran panjang dan luas dari objek yang ada pada peta juga merupakan bagiand dari tahap analisis. Analisis biasanya dilakukan dengan melakukan penggabungan dan tumpang susun beberapa peta (overlay) suatu daerah dengan skala yang sama. Penggabungan tersebut menghasilkan suatu peta baru atau peta komposit yang siap dianalisis lebih lanjut sesuai kebutuhan.

Penginderaan SIG secara konvensional

Pada dasarnya pengoperasian SIG dapat juga dilakukan dengan cara konvensional. Hanya saja, cara konvensional biasanya memakan waktu yang lama dengan basis data yang relatif terbatas. Selain itu, jika akan dilakukan update, data yang ada harus diganti seluruhnya.

Pengoperasian SIG secara konvensional dilakukan dengan menggunakan teknik kartografi. Pembuatan peta dilakukan pada selembar kertas atau plastik transparan. Peralatan yang diperlukan sama dengan jika kita membuat peta secara manual seperti spidol, mistar, lettering set, dan rapido. Tahapan kerjanya juga sama, dimulai dengan persiapan, pembuatan peta, dan analisis. Hanya saja, pekerjaan dilakukan secara manual. Adapun tahapan pengoperasian SIG secara konvensional adalah tahap persiapan, tahap pembuatan peta, tahap analisis, dan tahap pemindahan peta.
Tahap persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan kajian kebutuhan dan pembuatan konsep serta peta tematik yang dibutuhkan. Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data dari berbagai sumber.

Tahap pembuatan peta

Pembuatan peta dilakukan dengan menggunakan cara konvensional. Langkah-langkah kerjanya adalah sebagai berikut.
  1. Siapkanlah peta yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber untuk digambar pada plastik transparan. Peta-peta tersebut harus memiliki skala yang sama. Jika tidak, buatlah peta baru dengan skala yang sama. Gunakanlah salah satu peta sebagai rujukan skala.
  2. Siapkan plastik transparan dengan ukuran tertentu sesuai dengan kebutuhan. Siapkanlah bahan dan peralatan untuk menggambar peta pada plastik transparan. Misalnya, spidol (minimal 4 warna), selotip, dan gunting. 
  3. Tempatkan peta tematik yang digambar pada meja gambar. Agar tidak bergeser, rekatkan bagian sudut peta pada meja gambar dengan menggunakan selotip. Tempelkanlah plastik transparan di atasnya. Gambarlah peta tersebut pada plastik transparan dengan spidol sampai semuanya selesai. Lakukanlah pekerjaan tersebut untuk peta-peta tematik lainnya sesuai kebutuhan. 

Tahap analisis

Jika pembuatan peta sudah selesai dilakukan, maka langkah berikutnya adalah melakukan analisis. Analisis dilakukan dengan menumpangsusunkan peta-peta yang sudah digambar pada plastik transparan. Cara menumpangsusunkan peta adalah sebagai berikut.
  1. Ambil sebuah peta tematik, kemudian gambar ulang peta tersebut lengkap bersama seluruh objek pada plastik transparan. Peta ini dapat disebut dengan peta komposit.
  2. Setelah selasai, kemudian ambil peta tematik lainnya. Letakkan peta komposit diatas peta tematik tersebut. Gambarlah seluruh objek yang tampak pada peta transparan kedua. 
  3. Lakukan hal yang sama terhadap seluruh peta tematik. 
Pembuatan peta komposit juga bisa dilakukan sekaligus. Caranya, tumpangsusunkan seluruh peta tematik. Kemudian, letakkan selembar plastik transparan di atas susunan peta-peta tematik tersebut. Gambarlah peta dan seluruh objek yang tampak. Peta yang berada di tumpukan paling atas merupakan peta gabungan atau komposit dari peta-peta tematik yang telah digambar sebelumnya.

Tahap pemindahan peta

Pemindahan peta komposit dari plastik transparan ke atas selembar kertas kalkir yang seukuran dengan plastik tersebut. Gunakanlah rapido dan lettering set untuk menggambar pada kertas kalkir. Gambar ulang semua objek yang ada pada peta komposit dan buatlah legenda peta serta atribut lainnya.

Pemanfaatan SIG

Walaupun para ahli geografi memelopori pengembangan SIG, pemanfaatannya tidak lagi menjadi monopoli para ahli geografi. Hal itu terjadi karena banyak sekali bidang kehidupan dan disiplin ilmu lain yang memerlukan informasi tentang ruang atau lokasi. Pengusaha real estate atau perumahan sangat memerlukan informasi lokasi usaha proyek yang paling tepat atau menguntungkan. Demikian juga petugas pemadam kebakaran sangat membutuhkan informasi yang cepat dan tepat tentang lokasi kebakaran sehingga cepat sampai ke lokasi. Berikut ini berbagai bidang yang memanfaatkan SIG seperti yang dijelaskan oleh yousman.

Bidang pendidikan

SIG digunakan untuk menentukan lokasi sekolah, membuat sistem informasi pendidikan, dan sebagai alat bantu pemahaman pada pembelajaran geografi.

Bidang transportasi dan perhubungan

SIG digunakan dalam manajemen pemeliharaan dan perencanaan perluasan jaringan transportasi, penentuan jalur transportasi yang efektif, analisis rawan kemacetan dan bahaya kecelakaan, serta inventarisasi jaringan transportasi.

Bidang telekomunikasi

di bidang ini, SIG dimanfaatkan dalam perencanaan, pemeliharaan, dan analisis perluasan jaringan telekomunikasi. SIG juga dimanfaatkan untuk pembuatan sistem informasi pelanggan dan fasilitas umum telekomunikasi seperti telepon umum, wartel, atau warnet. SIG dapat pula dimanfaatkan untuk menginventarisasi jaringan telekomunikasi dan pelanggan TV kabel, antena parabola, dan sejenisnya.

Bidang ekonomi, bisnis, dan marketing

SIG bermanfaat untuk menentukan lokasi-lokasi bisnis yang prospektif untuk bank, pasar swalayan, supermarket, mesin ATM, kantor cabang, konter, ruang pamer, outlet, gudang, dan sejenisnya dengan memperhatikan lokasi konsumen atau pelanggan.

Bidang militer

SIG sangat diperlukan dalam penyediaan data spasial untuk analisis rute perjalanan logistik dan peralatan perang, pembuatan peta elektronik yang dihubungkan dengan radar yang akan mendeteksi kendaraan-kendaraan ataupun pesawat-pesawat militer musuh maupun untuk usaha pertahanan negara.

Bidang geologi, pertambangan, dan perminyakan

SIG digunakan untuk menentukan lokasi-lokasi pertambangan, geologi, dan perminyakan yang memperhitungkan keamanan para pekerja tambang dan kelestarian lingkungan. SIG dapat pula digunakan untuk menganalisis limbah yang merupakan hasil sampingan dari industri tambang serta menginventarisasi manajemen dan perizinan proyek pertambangan.

Bidang lingkungan

SIG digunakan untuk melakukan analisis dan pemantauan pencemaran udara, limbah berbahaya, pencemaran air, sungai, danau, laut, evaluasi pengendapan lumpur atau sedimen, baik di sekitar danau, sungai, atau pantai.

Bidang perpajakan

SIG dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan potensi pendapatan dari sektor pajak PBB (pajak bumi dan bangunan). Pada bidang ini, SIG digunakan untuk membuat sistem informasi penarikan pajak dari sektor periklanan yang berasal dari perizinan dan pemasangan papan iklan komersial dan billiboard yang terkait dengan data posisi, ruang, dan masa berlaku.

Bidang perencanaan

SIG dapat menjadi alat yang tepat dalam perencanaan permukiman transmigrasi, perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan kota, perencanaan pengembangan desa tertinggal, perencanaan lokasi dan relokasi industri, pasar, permukiman, dsb.

Bidang sumber daya alam

SIG dimanfaatkan untuk inventarisasi, manajemen dan kesesuaian lahan untuk pertanian, perkebunan, kehutanan, perencanaan tata guna lahan, analisis daerah rawan bencana alam, serta analisis dan pemantauan daerah-daerah kebakaran hutan.

Bidang kesehatan

SIG dapat digunakan untuk menentukan distribusi persebaran suatu penyakit, pola atau model penyebaran penyakit. Penentuan distribusi rumah sakit, puskesmas, fasilitas kesehatan maupun jumlah tenaga medis dapat pula dilakukan dengan SIG.

Bidang hidrografi dan kelautan

SIG bermanfaat dalam kegiatan inventarisasi dan manajemen stasiun pengamatan pasang surut, manajemen daerah pesisir pantai, manajemen daerah wisata laut, taman laut, serta manajemen pesisir.

Bidang utilitas

SIG dapat digunakan dalam inventaris dan manajemen informasi jaringan pipa air minum, sistem informasi pelanggan perusahaan air minum, perencanaan dan perluasan jaringan pipa air minum. SIG juga dimanfaatkan untuk inventarisasi dan manajemen informasi jaringan listrik, penentuan distribusi penempatan tong-tong sampah, wc umum, serta fasilitas-fasilitas umum lainnya.

Kemampuan-kemampuan SIG sering dimanfaatkan dalam kajian geografi. Banyak topik kajian yang dapat diolah atau dianalisis dengan menggunakan SIG. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
  1. Penentuan arahan pemanfaatan lahan
  2. Perencanaan tata ruang 
  3. Evaluasi kemampuan dan kesesuaian tanah 
  4. Penentuan lokasi pusat pertumbuhan wilayah 
  5. Analisis tentang lingkungan 
  6. Rehabilitasi dan konservasi lahan 
  7. Prediksi ketinggian banjir 
  8. Prediksi tingkat kekeringan 
  9. Prediksi kebakaran hutan 
  10. Penentuan tingkat bahaya erosi. 
Kemampuan SIG meliputi hal-hal sebagai berikut.
  1. Mencari lokasi yang memenuhi persyaratan atau kriteria tertentu. Misalnya, mencari lokasi untuk membangun permukiman, pusat perdagangan, perkebunan, atau pusat pemerintahan.
  2. Menyajikan kecenderungan perubahan atau perkembangan dari suatu fenomena. Misalnya, perubahan luas permukiman serta perkembangan kepadatan penduduk. 
  3. Menganalisis pola suatu fenomena tertentu misalnya pola sebaran penyakit. 
  4. Membuat model-model seperti model untuk evaluasi kesesuaian lahan atau model peruntukan lahan. 
  5. Mencari dan menunjukkan lokasi suatu objek tertentu serta memberikan keterangan mengenai objek tersebut. Lokasi tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan beberapa cara seperti kode lokasi (kode pos), nama lokasi, atau rujukan geografisnya (koordinat-koordinat geografi). Misalnya untuk menentukan lokasi penangkapan ikan. 
Salain topik-topik tersebut, masih banyak topik kajian lainnya yang dapat dianalisis dan dicari solusinya dengan menggunakan SIG. Pada bab ini akan disajikan beberapa contoh pemanfaatan SIG terutama untuk perencanaan tata ruang dan inventarisasi sumber daya alam.

Contoh 1

Sebuah perusahaan real-estate bermaksud membangun permukiman. Perusahaan tersebut menemui kendala untuk menentukan lokasi mana yang paling sesuai agar permukiman tersebut laku jika dipasarkan kepada masyarakat. Masalah perusahaan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan SIG.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

  • Mengidentifikasi persyaratan permukiman yang diinginkan. 

  1. Ketersediaan air dilihat dari jumlah dan kualitasnya.
  2. Lokasi strategis (dekat dengan berbagai fasilitas pelayanan umum seperti pertokoan, pasar, rumah sakit, pusat pemerintahan). 
  3. Aksesibilitas tinggi dan bebas macet. 
  4. Tanahnya subur. 
  5. Wilayahnya datar. 
  6. Aman dari bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. 

  • Mencari dan mengumpulkan data atau informasi tentang persyaratan yang diperlukan. 
  • Melakukan pemetaan data atau informasi, sehingga dihasilkan peta-peta berikut:

  1. Peta potensi air
  2. Peta kualitas air 
  3. Peta lokasi pusat pelayanan 
  4. Peta jaringan jalan 
  5. Peta kesuburan tanah 
  6. Peta kemiringan lereng 
  7. Peta wilayah rawan bencana. 

  • Melakukan tumpang susun (overlay) dari peta-peta tersebut, sehingga dihasilkan peta baru yang menunjukkan alternatif lokasi permukiman. 

Berdasarkan hasil tumpangsusun peta tersebut, dapat ditentukan lokasi mana saja yang sesuai dengan persyaratan perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat memilih lokasi yang tepat.

Contoh 2

Sebuah provinsi baru hasil pemekaran bermaksud menentukan salah satu wilayahnya sebagai pusat pertumbuhan atau Ibukota. Tentu saja untuk menentukan pusat pertumbuhan tersebut tidak bisa dilakukan sembarangan karena memerlukan persyaratan tertentu, baik dari aspek sosial-ekonomi maupun kondisi fisik wilayah.

Dari aspek sosial-ekonomi, suatu wilayah pusat pertumbuhan harus memiliki kondisi yang lebih baik dilihat dari produktivitas penduduknya. Kondisi masyarakat (tingkat pendidikan, sosial, ekonomi), tingkat adopsi atau penerimaan informasi, serta persentase desa miskin di wilayah tersebut. Dari aspek fisik tentunya harus memenuhi syarat kesesuaian untuk permukiman dan industri (kecukupan air, bebas dari bencana alam, daerah datar, tanah subur, aksebilitas jalan, dan sebagainya). SIG digunakan agar penentuan lokasi tersebut tepat sesuai dengan persyaratan.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikur.
  1. Melakukan studi untuk mencari berbagai data yang berkaitan dengan kondisi fisik dan sosial ekonomi sejumlah wilayah yang ada di provinsi tersebut.
  2. Membuat pete-peta dari data tersebut dengan SIG menggunakan peta dasar yang skalanya sama. 
  3. Melakukan skoring terhadap data yang ada, sehingga diperoleh nilai angka tertentu untuk semua daerah. 
  4. Berdasarkan hasil skoring dapat terlihat daerah mana saja yang paling sesuai untuk dijadikan pusat pertumbuhan. 
Sistem informasi geografis dapat digunakan untuk menyajikan kecenderungan perubahan atau perkembangan dari suatu fenomena. Misalnya, perubahan luas wilayah pemukiman,

Manfaat SIG sangat terasa pada saat akan memetakan wilayah permukiman pascatsunami aceh tahun 2004.

Melalui citra satelit kita dapat melihat perubahan luas wilayah yang terjadi. Melalui citra satelit itu juga para ahli dari berbagai disiplin ilmu dapat menganalisis wilayah rawan bencana. Dengan demikian, penentuan wilayah permukiman yang akan dibangun kembali dapat dilakukan lebih cepat.

Setelah mempelajari bab ini, kamu telah mengetahui bahwa informasi geografis itu pada dasarnya mudah untuk dipelajari. Dalam bab ini kamu telah memahami pengertian, komponen, langkah-langkah operasi, dan pemanfaatan SIG.

Baca Artikel Pendidikan Lainnya.