masnasih.com - Suatu hari ada seorang perempuan yang datang ke tempat tinggal saya dan meminta pertolongan karena ada seorang santri yang sakit. Tak dijelaskan secara pasti tapi kode itu sudah menjadi rahasia umum di kampung halaman saya. Ia pamit untuk ke tempat di mana santri itu berada dan meminta saya untuk menyusulnya.

Berjalan ke belakang (rumah bagian belakang) menuju lorong dan di sebelah sumur ada keran lalu kuambil air wudhu. Bismillahirrahmanirrahim, dengan membaca doa, kuluruskan niat untuk menolong dengan harapan Allah juga menolongku untuk melakukannya. Selesai wudhu kukeluarkan sepeda yang ada di dalam rumah dan berjalan menuju tempat dimana santri yang sakit itu berada.

Kali ini berbeda seperti biasanya. Santri yang sakit itu ada di rumah warga bukan di pondok tempat ia mencari ilmu. Saat sampai di tempat yang dituju saya disambut oleh tuan rumah dan dipersilakan masuk untuk melihat keadaan santri yang sakit. Seperti biasanya saya mencoba untuk tenang dan menyerahkan segala urusan pada Sang Penguasa Alam, bismillahirrahmanirrahim,  dengan berbagai macam campur aduk perasaan saya mencoba untuk tenang dan tidak terbawa suasana tegang yang telah tercipta. 

Saya meminta air minum untuk minum santri yang sedang sakit. Kuminta santri lain yang menemani untuk membaca Alquran dengan harapan semoga bacaan Alquran bisa menjadi jalan untuk menyembuhkan santri yang sedang sakit.

Air minum yang saya minta sudah datang dan seorang santri sudah mulai membacakan Alquran. Bismillahirrahmanirrahim berusaha apapun hasilnya semoga Allah memberikan kesembuhan bagi si santri.

Saya memang suka metode penyembuhan dengan cara membacakan Alquran dan beberapa hal yang dianjurkan dalam Islam misalnya sedekah. Karena lebih aman dan terhindar dari hal-hal yang berbau syirik. Mungkin saya akan sedikit bercerita tentang ini.

Ada beberapa hal yang mendasari saya untuk menjadikan Alquran sebagai media perantara untuk mengobati seseorang. Yang pertama, Di dalam Alquran Allah berfirman bahwa Alquran merupakan obat dan rahmat bagi orang yang beriman. Selain itu membaca Alquran juga merupakan ibadah bagi pembacanya.

Jadi dari situ saja saya sudah untung 2 hal, yang pertama adalah Alquran sendiri yang akan menyembuhkan, dan pahala membaca Alquran yang akan menjadi wasilah untuk menyembuhkan.

Yang kedua adalah sedekah. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sedekah mampu menolak balak, melancarkan rezeki, dsb. Dua hal tersebut sudah sangat menguntungkan bagi saya. Apapun hal yang tak baik tidak akan datang karena sedekah, masalah rezeki jadi teratasi. Selain itu sedekah adalah perbuatan terpuji yang jika dilakukan setidaknya memunculkan rasa senang kepada kedua belah pihak. Yang menerima sedekah senang dan yang bersedekah senang juga karena dapat membantu orang lain. Diutamakan sedekah ke orang yatim piatu di kampungnya.

Tak disangka dengan usaha dan kepasrahan santri yang sakit telah sembuh dan normal kembali. Saya memastikan bahwa ia sudah tidak apa-apa. Diam sejenak sambil memastikan keadaan sudah terasa aman, lalu saya pamit untuk pulang.

Syukur Alhamdulillah pertolongan Allah selalu datang di saat yang tepat. Kutepis segala hal yang tak baik, penyakit-penyakit hati yang selalu menyanjung-menyanjung hatiku untuk mengklaim bahwa kesembuhan adalah karena adanya diriku, kekuatanku, dan kemampuanku yang sudah ada dalam diriku.

Kuambil ambil sepeda dan pulang dengan penuh kegembiraan. Masya Allah, manusia memang terkadang perlu membantu orang lain yang membutuhkan untuk membahagiakan dirinya sendiri.  Ah.. rasanya memang tak mudah untuk melakukannya. Setan adalah musuh yang nyata bagi orang-orang yang mencoba untuk menjadi pemuja Allah yang sejati. Bisikan-bisikannya selalu menyelinap ke hati dan terkadang menjelma menjadi sebuah kata yang manis namun pahit pada kenyataannya.

Menulis sampai sini saya jadi teringat kisah Ismail yang pada waktu itu akan disembelih oleh ayahnya (Nabi Ibrahim A.S.). Kau ingat saat setan mencoba untuk menggagalkan aksi Nabi Ibrahim yang adalah merupakan perintah dari Allah SWT. yaitu menyembelih Ismail?

Ya. Setan membisikkan hal yang dapat membuat Nabi Ibrahim bimbang, namun ia tak berhasil. Ia mencoba merayu Ismail, ia juga gagal melakukannya. Ia merayu Sang Ibu dari Ismail (Siti Hajar), ia juga gagal dalam menghasutnya.

Baik. Sekarang kita ambil contoh dari situ. Cara setan dalam menggoda manusia ada banyak caranya dan apapun caranya pasti ia lakukan untuk menghasut anak manusia. Jika ia gagal menghasut dengan cara bisikan, ia akan menghasut orang terdekatnya agar menggagalkan aksi-aksi manusia yang adalah tak lain adalah kebaikan. Dalam contoh di atas kita sepakat, Ibrahim adalah seorang Nabi dan Rasul, Ismail adalah calon Nabi sekaligus Rasul, dan siti hajar adalah orang yang cerdas dan taat pada suaminya (Nabi Ibrahim A.S); maka mereka dijaga oleh Allah SWT. dari hasutan setan.

Namun dari situ kita bisa ambil pelajaran bahwa setan memang benar-benar menginginkan setiap manusia agar sesat. Apapun caranya pasti akan dilakukan selagi belum berhasil menyesatkan manusia.

Kita tarik masalahnya jika hal itu terjadi pada orang yang bukan siapa-siapa dan katakanlah nasibnya sedang tidak beruntung, Allah tidak memberikan petunjuk orang tersebut ketika terkena hasutan setan. Maka sudah dapat dipastikan orang tersebut akan terhasut oleh setan yang jauh lebih pintar mengelabui manusia.

Apabila hal itu juga terjadi pada diri kita, maka tentu tak seindah cerita keluarga Ibrahim. Setan mula-mula mengasut kita dari dalam hati. Subhanallah, hati seorang muslim yang bukan siapa-siapa pasti banyak terhasutnya daripada tidaknya. Apapun jenis hasutannya pasti setiap orang pernah mengalaminya. Hasutan itu bisa berupa rasa takut, sedih, bimbang, dsb. Semua itu tak lain karena setan ingin menyesatkan manusia.

Baik, seandainya kita berhasil menaklukkan hasutannya. Kita tak tergoda dengan godaan dari dalam. Namun saat itu juga setan mencari cara lain untuk menyesatkan, ia menghasut orang yang kita percaya. Katakanlah ia menghasut orang tua agar melakukan apa yang ia minta, dan ia berhasil menghasut orang tua entah dengan apa cara ia melakukannya. Kemudian posisi kita sekarang adalah seakan-akan bukan lagi sedang berhadapan dengan musuh kita yang sebenarnya yaitu setan, melainkan ia menjelma menjadi orang tua kita karena berhasil menghasutnya.

Lalu tiba-tiba orang tua kita mengatakan sesuatu yang tak pas di hati, lalu kita sakit hati, dan mungkin kita merasa tak pernah dihargai. Di saat inilah setan kembali datang dan menyelinap di hati dengan menawarkan berbagai pilihan yang semuanya menyesatkan. Misalnya kita sedang mencoba untuk menjadi baik, yaitu belajar menata waktu untuk beribadah dan belajar/bekerja.

Apapun godaan dari dalam diri sendiri mampu dihadapi. Kita sudah menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, sudah mau beribadah dengan tekun dan sudah nyaman dengan keadaan itu. Namun di suatu ketika, entah kenapa orang tua kita yang adalah orang yang lebih padai dalam menata kehidupannya mengatakan bahwa yang kita lakukan sebenarnya harus gini dan gini bukan gitu dan gitu. Kita disalahkan padahal sudah melakukan yang benar. Maka di saat itulah sebenarnya setan telah menjelma menjadi orang tua kita.

Walaupun perkataan tersebut memang adalah hal yang benar, namun ketika salah menempatkan efeknya tidak baik untuk kita, itulah hasutan setan yang bisa dikatakan cukup licik tapi mematikan. Kita yang sudah susah-susah mencoba untuk baik ternyata masih disalahkan dan seperti tidak dihargai itulah yang membuat hati kita akan goyah dan jika tidak sadar akan justru melakukan sebaliknya.