masnasih.com - Hidup itu asik. Harus dinikmatin. Rezeki sudah ada yang ngatur. Sekalipun diam di rumah tetep aja dapet rezeki. Namun yang jadi masalah adalah gengsi, dan karena dipaksa oleh keadaan untuk mencari harta sebanyak-banyaknya. Gengsi tak punya harta direndahkan orang lain. Terpaksa karena mau jaga image, kerja siang dan malam. Terpaksa keadaan misalnya saja ketika inginnya di rumah saja tetapi orang yang di rumah pada bilang, "lha mbok kerja, ojo gur mangan turu." Termasuk juga orang tua akan merasa gagal ketika anaknya pengangguran.

Padahal pengangguran itu justru bisa lebih leluasa untuk berpikir lebih hebat daripada orang yang sibuk kerja. 6 bulan saya kerja, setiap kali gajian pasti saya traktir makan-makan temen-temen, sedekah ke anak yatim, dst. Apakah saya kelaparan setelahnya? Tidak. 6 bulan saya tidak kerja hanya di rumah saja. Apakah saya kelaparan? Tidak. Bahkan setiap hari saya makan seperti halnya makanannya orang kaya. Cemilan pun tersandingkan hampir setiap hari.

Hidup adalah tempat untuk mencari bekal untuk kehidupan setelah kematian. Hakikatnya, hidup adalah sudah dijamin rezekinya dari baru lahir sampai menghembuskan nafas terakhir. Namun kenapa ada anjuran untuk menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat?

Karena untuk mempermudah dan menghindari konflik ketika hidup di dunia. Katakanlah ketika hidup di lingkungan keluarga. Bisa saja kita percaya bahwa tanpa kerja kita bisa hidup, namun tak bisa dielakkan pasti salah satu diantara mereka merasa iri atau geram karena melihat kita tidak kerja dan hanya enak-enakan. Itulah masalahnya.

Hidup di dunia adalah jalan menuju kehidupan di akhirat. Boleh saja kita bekerja, bahkan dalam sebuah hadits menganjurkan untuk bekerja bagaikan akan hidup selamanya. Namun jangan biarkan hati kita terlalu mencintai dunia. Harta yang kita dapatkan di dunia belum tentu menjadi rezeki kita.

Kita bisa mencari harta sebanyak-banyaknya, atau kita hanya diam di rumah saja, tetap saja tak bisa merubah rezeki yang sudah ditentukan. Rezeki adalah sesuatu yang kita nikmati, baik itu yang halal maupun yang haram.

Harta adalah sesuatu yang kita dapatkan, tetapi tak mungkin kita bisa menikmati semuanya. Kita juga dianjurkan untuk tidak berlebih lebihan dalam mengkonsumsi sesuatu. Itu artinya yang wajib dipenuhi hanyalah kebutuhan. Selain kebutuhan itu tak wajib, atau bahkan bisa juga dilarang.

Kebutuhan adalah sesuatu yang benar-benar kita butuhkan. Apabila tidak tercapai maka akan berakibat mengganggu aktivitas yang melibatkan kewajiban. Kebutuhan harus dipenuhi karena untuk menunjang kewajiban. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dikerjakan, dan apabila ditinggalkan maka mendapat dosa.

Nah kalau dijelaskan, akan panjang kali lebar, mungkin sampai hari kiamat tak akan cukup untuk menulis hal semacam ini. Di dalam Alquran sudah dijelaskan bagaimana luasnya ilmu Allah, seandainya lautan adalah tinta, maka tak akan cukup untuk menuliskan ilmu Allah yang sangat luas, sekalipun ditambah satu lautan lagi. Ilmu bisa menjaga kita. Harta kita yang harus jaga.

Harta tanpa ilmu, berbahaya.
Ilmu tanpa harta, hartanya yang datang sendiri. Maka ketika saya melihat masa lalu di mana saya masih sibuknya di dunia sekolah. Tak ada pikiran untuk mencari uang, hidup seperti bahagia sepanjang hari. Namun ketika harta sudah mulai merasuki hati, pikiran tak tenang walaupun dalam keadaan tidur sekalipun.

So. Jalani hidup dibikin hepi. Apapun itu masalahnya, jangan sampai hilang fokusnya.

Fokus dunia untuk akhirat.