masnasih.com - Sakti adalah sebutan bagi orang yang mempunyai kekuatan yang hebat. Kekuatan itu bisa berupa kebal terhadap benda tajam, menghilangkan nyawa orang dengan hanya sekali pukulan, mengobati orang yang sakit karena gangguan "ghaib." Pemahaman tersebut sudah mengakar di benak masyarakat sehingga tak sedikit darinya yang lupa bahwa sebenarnya kesaktian itu tak ada.

Teori kesaktian sangat tidak sesuai dengan dalil semesta. "Tiada daya kekuatan apapun kecuali dari-Nya (Allah SWT.). Maka sakti hakikatnya bukan ada dengan sendirinya. Namun datang dari tempat asalnya yaitu dari Tuhan Yang Maha Esa.

Seseorang dianggap sakti itu wajar. Tapi seseorang yang menganggap dirinya sakti itulah aibnya. Seseorang bebas menilai siapa saja yang dikehendakinya namun sebenarnya ia tidak lebih tau dari apa yang terjadi pada diri orang yang ia nilai. Namun seseorang yang menilai dirinya sendiri dengan membangga-banggakan kemampuannya itu perlu ditanyakan kewarasannya.

Ah ... Mungkin Anda masih bingung dengan yang saya sampaikan. Saya harus sederhanakan bahasanya agar mudah dipaham.

Oke. Jadi seperti ini runtutannya.

Kita mulai dari dasarnya dulu. Berikut adalah dasar yang perlu dijadikan patokan untuk memahami inti tulisan ini.

Pertama, Laa Haula Walaa Quwwata Illaa Billaah. Kita sepakat bahwa tak ada kekuatan kecuali dari Allah SWT. Jadi kesaktian adalah milik Allah semata.

Kedua, Manusia adalah makhluk yang lemah. Sepakat tidak sepakat semua orang pasti pernah merasakan yang namanya sakit kecuali raja Fir'aun yang memusuhi Nabi Musa. Namun pada penghujung usianya pun dia tenggelam bersama pengikutnya di laut merah. Jadi, dia tetap lemah.

Sampai sini mungkin Anda sudah bisa menebak arah pembahasan saya kemana.  Bagus, kalau sudah paham. Kita tinggal lanjutkan pembahasannya.

Baik. Sekarang kita kaitkan dengan kesaktian. Mungkin langsung kepembahasan intinya saja biar langsung mengena, oke?

Saya mulai dari pertanyaan. Coba jawab jujur dalam hati saja. Biar tidak jenuh pertanyaannya saya masukkan ke dalam cerita. Baik kita mulai.

Bayangkan sekarang Anda sedang jalan-jalan di sebuah perkampungan, di situ ada banyak bangunan dengan bahan dasar bambu. Suasana kampungnya adalah kampung pada zaman kerajaan. Anda berjalan melewati perkampungan tersebut dan di situ banyak orang yang berlalu lalang mereka saling menyapa satu sama lain dengan ramah.

Di saat anda berada di tengah perkampungan tepatnya di dekat pasar (tradisional). Anda sedang asik memandangi kesibukan orang yang sudah tak terlihat di zaman sekarang. Mereka akrab dan masih suka gotong royong saling membantu satu sama lain.

Di pintu masuk/pintu utama pasar datang seorang gerombolan orang yang datang menunggangi kuda dan memegang pedang. Wajahnya juga beringasan dan gerombolan tersebut langsung berpencar menyerbu para pedagang dan siapa saja yang ada disitu. Mereka merampas semua harta semua orang yang mereka lihat tak terkecuali Anda.

Anda tak mungkin bisa melawan gerombolan perampok itu karena mereka memegang pedang sedangkan Anda hanya menggunakan kaos santai dan tas yang berisi  bekal untuk makan.

Setelah mereka puas merampok dan akan pergi meninggalkan pasar sudah siap berangkat menunggangi kuda, muncul seorang pemuda entah dari mana asalnya dan menghadang mereka di pintu utama pasar.

Kepala perampok yang ada di barisan paling depan tertawa dan turun dari kuda dan bertanya kepada pemuda tersebut dengan nada merendahkan, "Hai pemuda, kau mau jadi pahlawan atau cari mati?" Pemuda tersebut menjawab, "Aku mau kalian kembalikan semua barang-barang itu ke pemiliknya atau kalian akan berhadapan denganku."

Semua perampok tertawa mendengar jawaban si pemuda tak terkecuali kepala perampok itu.

"Semua barang akan kami kembalikan kalau kau selamat dari pedang ini!" Ucap kepala perampok itu sambil mengeluarkan pedangnya dari balik bajunya, sedangkan si pemuda langsung mundur beberapa langkah dan mengambil kuda kuda.

Dalam hitungan detik pertarungan tak bisa dielakkan lagi. Si pemuda dengan tangan kosong melawan si kepala perampok yang menghunus pedang. Pertarungan sangat sengit. Satu sama lain sama-sama sakti. Mereka mengeluarkan jurus kesaktiannya masing-masing. Dan tiba-tiba alarm hape Anda bunyi dan Anda terbangun dari mimpi. 😂

Oke. Jadi pertanyaannya. Apakah setelah bermimpi seperti itu, Anda terinsipirasi untuk menjadi si pemuda yang sakti itu?

Saya rasa Anda tertarik. Iya kan?

Jika belum, mari kita lanjut ceritanya. Tapi saya akan kasih cerita yang berbeda dan lebih singkat serta kekinian 🤗

Suatu ketika Anda sedang jalan-jalan bersama dua orang teman di jembatan penyeberangan orang yang baru saja selesai dibangun dengan desain yang indah dan unik berbeda dengan lainnya, macam jpo di jakarta yang viral itu. Kalau belum tau silakan dibayangkan saja JPO indah dan unik.

Lagi asik-asiknya menikmati indahnya JPO, lagi asik-asiknya foto-foto sambil becanda tiba-tiba ada suara gemeruh orang berlarian yang tak lain adalah 3 orang remaja yang sedang mengejar seorang gadis cantik jelita. Namun di tengah JPO gadis itu berhenti dan berbalik badan lalu menghentakkan kakinya ke Lantai JPO. Ketiga remaja yang ada di depannya yang sedang berlari mengejarnya seketika kaku dan jatuh masih dalam keadaan mereka saat berlari.

Suara tamparan keras terdengar dan Andapun tersadar dari lamunan karena ditampar orang yang sedang lewat di JPO. Anda sedari tadi melamun di tengah jalan soalnya hehe.

Dari cerita tersebut apakah Anda menganggap gadis tersebut sakti dan Anda tertarik ingin sakti seperti gadis itu?

Jawab saja dalam hati.

Sementara itu saya akan menebak jawaban Anda. Saya meyakini tebakan saya akan tepat atau setidaknya mendekati benar.

Jadi, tebakan saya adalah ... Anda tertarik dan jika Anda diberi pilihan ingin sakti atau tidak pilihannya adalah ingin.

Benarkah demikian?

Benar atau tidak mari kita bahas (ini baru pertanyaan lho). Saya tidak akan membahas panjang lebar yang penting masuk intinya.

Sakti adalah bentuk pertolongan Allah SWT. Bisa saja seseorang sakti karena dia memang diberi kelebihan oleh Allah SWT karena misi tertentu, misalnya para Nabi dan Utusan Allah, Para Auliya Allah atau bahkan orang biasa sekalipun. Semua tak lain Allah hanya memberikannya di saat mereka benar-benar butuh.

Dan saya juga percaya bahwa kita juga secara tak langsung pernah mendapatkan kesaktian di saat-saat tertentu ketika kita dalam keadaan terdesak ataupun di saat-saat kita membutuhkan sesuatu. Namun semua itu tak lain adalah bentuk dan bukti pertolongan Allah SWT yang nyata. Inilah kesaktian yang sesungguhnya. Bukan sakti karena sakti sendiri melainkan itu adalah kesaktian yang datang dari Tuhan.